Biasanya kamu-kamu pada familiar dengan istilah cewek daripada perempuan. Tul apa betul? Tapi kali ini kita akan membahas sesuatu agak lebih serius, ehem…tapi tetap dengan gaya bahasa yang kamu paham. Kita akan membahas soal perempuan bukan tentang cewek. Lha, apa bedanya? Kalo menurut saya sih, yang namanya cewek, wanita, putri, perempuan, women, itu sama saja. Tapi kalo menurut orang-orang tertentu, pemilihan kata ini bisa jadi masalah.
Kalau ?cewek’ adalah pilihan kata yang cenderung dipakai oleh remaja-remaja seusia kamu. Kalau putri, itu adalah penghalusan aja supaya terdengar lebih sopan. Kalo woman, jelas-jelas ini bahasa Inggris. Tapi kalo wanita, beberapa pihak terutama kaum feminis ogah memakainya. Why? Karena kosakata wanita itu berasal dari bahasa Jawa yang artinya wani ditata (mau atau berani ditata). Hal ini dianggap oleh mereka yang menyatakan dirinya pejuang perempuan, adalah menghinakan karena menganggap perempuan sebagai objek saja yang bisa ?dikerjai’.
Itulah alasan mengapa mereka lebih memilih istilah perempuan karena mengandung makna ?empu’ yaitu artinya bijak atau berilmu pengetahuan. Halah, sampe segitunya ya? Emang sih, bila udah berkaitan dengan perempuan, kaum feminis ini bisa sangat segitunya. Bahkan isi kitab suci-dalam hal ini al-Quran-juga sangat segitunya untuk digugat dan dipertanyakan bila berkaitan dengan kepentingan perempuan. Ciloko!
Oya, kali ini kita mo ngobrolin tentang Hari Perempuan yang lumayan menyita perhatian baik di TV ataupun di surat kabar. Meski udah berlalu, nggak ada salahnya dong kita membahasnya. Sebagai bekal kamu agar bijak menyikapinya bila hari perempuan ini datang lagi tahun depan, oke?
Hari Perempuan, asal-muasalnya?
Pasti kamu semua pada bertanya-tanya tentang Hari Perempuan sedunia ini. Sebelumnya, yuk kita tengok asal-muasal Hari Perempuan sedunia yang jatuh pada tanggal 8 Maret lalu itu.
Menurut Wikipedia, hari perempuan yang diperingati setiap tanggal 8 Maret itu adalah sebuah perayaan yang memperingati kebakaran Pabrik Triangle Shirtwaist di New York pada 1911 yang mengakibatkan 140 orang perempuan kehilangan nyawanya.
Gagasan tentang perayaan ini pertama kali dikemukakan pada saat memasuki abad ke-20 di tengah gelombang industrialisasi dan ekspansi ekonomi yang menyebabkan timbulnya protes-protes mengenai kondisi kerja. Kaum perempuan dari pabrik pakaian dan tekstil mengadakan protes pada 8 Maret 1857 di New York City. Para buruh garmen memprotes apa yang mereka rasakan sebagai kondisi kerja yang sangat buruk dan tingkat gaji yang rendah. Para pengunjuk rasa diserang dan dibubarkan oleh polisi. Kaum perempuan ini membentuk serikat buruh mereka pada bulan yang sama dua tahun kemudian.
Di Barat, Hari Perempuan Internasional dirayakan sekitar tahun 1910-an dan 1920-an, tetapi kemudian menghilang. Perayaan ini dihidupkan kembali dengan bangkitnya feminisme pada tahun 1960-an. Pada tahun 1975, PBB mulai mensponsori Hari Perempuan Internasional. (www.wikipedia.org)
Hari Perempuan ini juga merupakan penanda perjuangan kaum perempuan agar haknya diakui baik dalam peran sertanya berkiprah di masyarakat maupun dalam pemilu. Soalnya kan, di zaman-zaman sebelumnya, kondisi dan nasib perempuan memang sangat memprihatinkan. Wajar aja kalo mereka ini butuh hari perempuan untuk memperingati perjuangannya. Nah, di era kekinian, gimana sih bentuk nyata perjuangan kaum perempuan ini?
Perempuan di masa kini, menjadi komoditi yang sedang laris-manis untuk dibicarakan. Ibarat orang jualan produk tertentu, tema tentang perempuan selalu laku untuk dijual. Orang akan segera menoleh dan menanggapi dengan antusias kalo udah ngomongin soal perempuan.
Fakta bahwa perempuan banyak menderita di sekitar kita, emang nggak bisa dihindari. Mulai dari kebodohan, kemiskinan, kekerasan rumah tangga hingga pelecehan seksual dan pembunuhan, perempuan selalu jadi korban. Atas dasar inilah muncul sekelompok orang yang berdalih ingin memperjuangkan kaum perempuan. Mereka inilah yang menyebut dirinya sebagai kaum feminis yang memegang erat paham feminisme.
Perempuan dan harapan
Kebalikan dari kenyataan di atas yang menimpa perempuan, ada sebuah harapan terukir ketika kita membicarakan sosok lembut yang satu ini. Perempuan cerdas itu harus. Bila ia cerdas, maka ia nggak akan menjadi miskin. Bila ia tak miskin, maka ia tak mudah dipancing untuk melakukan pekerjaan yang haram semisal jadi penari, penyanyi atau bahkan jual diri, hiii…naudzhubillah. Bila perempuan pintar, maka ia nggak akan menjadi objek kekerasan dalam rumah tangga. Ia nggak akan mudah dilecehkan karena perempuan cerdas akan tahu membawa dirinya dengan berwibawa dan elegan. Betulkah seperti itu?
Kenyataannya banyak perempuan yang menganggap dirinya pintar malah rumah tangganya kacau. Karena pintarnya, ia berkiprah sangat aktif di luar rumah. Ia hadir dari satu seminar ke seminar lain. Ia memberi ceramah dan penyuluhan dimana-mana. Ia mendirikan lembaga perlindungan perempuan. Ia bergaji besar dan tak pernah mengalami kemiskinan dan kekerasan. Namun, pernahkah kita tengok kondisi keluarga dan anak-anaknya? Si anak belum bangun, si ibu sudah pergi. Si anak sudah tidur, si ibu baru pulang. Begitu terus. Berulang-ulang.
Apakah salah menjadi perempuan aktif di luar rumah? Bukan itu masalahnya. Kecerdasan dan kepandaian saja ternyata tak mampu memberi kenyataan sesuai dengan harapan. Perempuan cerdas tanpa mempunyai pemahaman Islam yang benar, hanya menjadi mangsa perusahaan-perusahaan kapitalis. Mereka duduk manis sebagai customer service, marketing, bendahara dan sebagainya. Perempuan adalah salah satu mesin uang dengan memanfaatkan kecantikan dan kelembutannya untuk menggaet konsumen.
Perempuan pintar yang masih mengalami pelecehan seksual di jalan atau di tempat kerja juga sangat banyak. Meski tak sampai sentuhan fisik, kata-kata yang merendahkan juga termasuk ke dalam pelecehan ini. Lalu apa yang salah dengan semua ini?
Bukan hanya tentang perempuan
Bila perempuan mau cerdas, permasalahan yang ada saat ini tidak melulu tentang perempuan aja. Harga sembako yang mahal, minyak goreng semakin melambung harganya, minyak tanah menghilang di pasaran, pendidikan tak terjangkau, ekonomi amburadul, pengangguran meningkat, kriminalitas merajalela, apakah cuma perempuan yang susah?
Bapak-bapak kita susah, adik dan abang kita juga susah. Tetangga, Pak RT, Pak RW, Pak ustadz, dan kaum laki-laki pasti juga susah dengan kondisi ini. Pelecehan seksual bukan melulu ?milik’ perempuan tapi laki-laki juga bisa terkena kondisi ini. Jadi sebagai perempuan jangan GR dulu dengan merasa bahwa dunia sangat tidak adil terhadapnya. Coba kita lepas kacamata kuda akibat pengaruh feminisme ini, untuk mulai terbuka melihat bahwa ini semua terjadi akibat syariah Islam dicampakkan.
Ketika kita mengabaikan hukum Allah, yakinlah bahwa janji Allah untuk memberi kesempitan pada kehidupan pasti akan terbukti. Sekarang ini faktanya. Semua pada mentok untuk mencari jalan keluar dari rumitnya masalah kehidupan. Ingat, ini masalah semua orang, masalah kemanusiaan secara umum, bukan melulu tentang perempuan. Bila demikian kondisinya, maka marilah bertanya resepnya kepada Yang Mahamenciptakan manusia dan kemanusiaan itu sendiri, yaitu Allah Swt., gitu gals! Paham kan?
Back to Islam, Non!
Bila ada sebuah rumah yang udah sangat parah kondisinya dan hampir roboh, akankah kita betulkan satu per satu batu-batanya? Mungkin bisa, tapi hal itu sangat-sangat nggak efektif dan nggak efisien. Bila ada rumah mudah goyah dan rapuh, lihatlah pondasinya. Ternyata pondasi ini dulu yang harus dibenarkan dan dikuatkan.
Begitu juga dengan masalah perempuan. Nasib perempuan tak akan pernah berubah bila pondasi yang dipakai masih sekularisme. Solusi yang ditawarkan juga masih berbau feminisme bawaan kapitalisme. Perjuangan yang dilakukan perempuan ibarat jalan di tempat aja. Sudah capek, tapi tak ada hasilnya sama sekali. Boro-boro pahala, malah laknat Allah yang bakal menimpa bila kaum perempuan menganggap bahwa syariat Islam itu hanya untuk jaman kuno atau malah menolak sama sekali. Ati-ati!
Bila perempuan nonmuslim berjuang atas nama feminisme, kita masih bisa maklum. Mereka tak punya mabda (ideologi) yang mumpuni untuk menyelesaikan masalah kehidupan. Tapi bila ada seorang muslimah yang mengambil solusi selain dari Islam, kita patut bertanya-tanya. Apakah memang tidak paham, ataukah memang sengaja ingin menghancurkan Islam dari dalam? Betul nggak sih?
Saat ini yang menjadi tren adalah mengajak para muslimah untuk berjuang atas nama perempuan dengan dasar ide feminisme. Langkah inilah yang paling jitu untuk membuat muslimah semakin jauh dari pemahaman Islam yang benar. Pertanyaannya, apa iya kita masih juga terlena dengan solusi yang jelas-jelas makin menjauhkan kita dari Islam?
Islam dengan seluruh aturan hidup yang lengkap, memberi rambu-rambu bagi perempuan dan manusia seluruhnya untuk berbuat, bersikap dan beramal. Bila perempuan nonmuslim berjuang hanya sekadar untuk bisa ikut dalam pemilu di abad 19, Islam udah memberi hak itu sejak awal turunnya yaitu sekitar abad 6. Bila mereka protes untuk banyaknya pelecehan seksual pada diri perempuan, muslimah sudah dilindungi mulai dari cara berpakaiannya hingga harga dirinya. Masih ingat kan sejarah indah tentang bagaimana Khalifah al-Mu’tashim mengerahkan beribu-ribu pasukan ?hanya’ untuk membela kehormatan satu orang muslimah saja?
Nggak ada kemuliaan kecuali dengan Islam. Namun, Islam nggak ada artinya bila dijauhkan dari kehidupan. Maka ayo kita serukan Back to Islam, buang semua yang merusak Islam termasuk ide feminisme, kapitalisme, sosialisme dan semua isme yang batil itu. Hal ini hanya bisa terwujud bila Islam diterapkan dengan sempurna bukan hanya dalam akidah saja tapi juga syariahnya oleh institusi negara.
Gimana caranya? Langkah praktis, ayo ngaji, biar kamu jadi muslimah yang nggak kupeng (kurang pengetahuan). Biar kamu nggak jadi muslimah yang gampang tergiur ide feminisme yang seolah-olah memihak perempuan, padahal mencelakakan. Biar kamu nggak mudah dibodohi dan dikadalin. Karena sesungguhnya hanya Islam yang peduli dengan nasib perempuan dan umat manusia seluruhnya. Kita nggak butuh dengan semua isme (paham) selain Islam. Ayo perempuan (termasuk cewek ya), kita berjuang dengan dasar Islam saja, bukan yang lain. Jangan mau dijajah dan disiksa oleh gaya hidup selain Islam. Kamu, para cewek–para perempuan, hanya bisa mulia bersama Islam. Akur? So pasti dong! [riafariana]
ref : www.hidayatullah.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
Aku hampir takjub dan terharu lihat ulasanmu.. Ternyata emang dikutip dari ceramah tho kirain kamu dah alih profesi jadi dai wanita :D
Nah.. Link ke FS-mu kok nda bener.. Nyambungnya ke account cowok gitu..
sekedar saran, karena postingmu panjang2.. mending sisipin tag <1!--more--1> (hilangin angka satunya) di HTML codingnya.Untuk misahin posting pas di halaman utama blog mu.. Ya.. cm saran aja.. biar ga kelamaan loading juga :D
siap mas... bsk tak cobane... kekekke
Posting Komentar