Awalnya aku menjalani kehidupanku baik-baik saja, semua seperti biasa masih dengan sifat pemalasku, masih dengan pola pikirku jalani saja hidup seperti air mengalir, pernikahan masih jauh dari angan-angan karna aku merasa aku masih senang dengan kesendirian aku. Aku masih saja disibukkan dengan hobiku tidur karna sudah resign dari tempat kerjaku, seharusnya seh aku mulai menyelesaikan kuliahku yang tak kunjung lulus tapi entah kenapa penyakit malas ini susah banget disembuhkan meski niat sudah setinggi gunung merbabu. Konflik kecil dirumah seringkali membuatku malas hidup tapi itulah yang bikin aku enggan meninggalkan rumah. Rutinitas dan kebiasaan ku terakhir ini membuat berat badanku semakin bertambah malah jadi naik drastis.. hahahaha… jadi gendut aku sekarang, tapi aku suka itu karna itu yang aku harapkan sejak smp yang slalu dpanggil “bengkring “ alias kurus. Tapi aku juga merasa sedih coz jadi harus beli baju baru, abis baju lama dah byk yang ga muat..hihihihi..
Yah itulah aku.. aku sebelum pertengahan puasa kemarin..karna pertengahan puasa kemarin aku merasa aku telah berubah, aku jadi lebih sensitive mudah tersinggung, su’udzonku jadi lebih sering terlintas daripada khusnudzonku, jadi lebih sering berangan-angan yang ga jelas, sering merasa takut kecewa dan sakit hati, slalu mencari-cari perhatian dan slalu menanti kepastian yang tak pasti. Semua itu terjadi setelah kata dan kalimat yang terlontar dari seorang kawan lama. Mungkin ini semua memang sudah direncanakan Tuhan, tapi kenapa semua ini tak ada kepastian semua terasa mengambang, mengapung dan tak tahu kapan mendarat atau tenggelam. Harapan-harapan yang pernah terlintas di benakku kini perlahan pupus, aku merasa kecewa karna merasa ucapan kawan lama itu seperti palsu bagiku meski semua itu belum tentu benar adanya karna aku belum juga mendapatkan kepastian darinya. Aku tahu dia hanya kawan lama nothing special with us, dan aku tak berhak untuk memutuskan tali silaturahim dengannya hanya karna ketidakpastian itu. Meski kecewa untungnya tak sampai sakit hati hehehe ,yang penting dari awal dia yang memulai semuanya dan sebenarnya aku juga ingin dia juga yang mengakhiri dengan memberiku kepastian. Tapi sudahlah aku kan berusaha untuk tidak membuatnya harus memberiku kepastian karna yang bisa mengakhiri keadaanku sekarang ini hanya Tuhan dan aku.
Semua kendali untuk keadaanku saat ini ada pada diriku atas kehendak Tuhan, rencana dan rahasia Tuhan. Jika memang dia serius dan bisa bertanggung jawab dengan apa yang sudah terlontar dari dia pasti dia akan segera menemui aku,ato setidaknya menjelaskan semuanya. Tapi kalo memang ucapannya hanya kepalsuan belaka maka sampai kapanpun dia pasti tak kan berani menemui aku,bahkan untuk mejelaskan saja mungkin tidak pernah ada. Ya sudahlah mungkin memang itu sudah rencana Tuhan agar aku bisa menjadi yang lbh baik dari sebelumnya. Akan aku ucapkan terimakasih pada kawan lamaku atas ketidakpastiannya, karna itu membuatku tak terlalu banyak berharap pada sesuatu yang belum pasti dan juga pembelajaran manajemen emosi buat aku.
Tuhan terimakasih atas ujian kecil ini aku jadi bisa berusaha untuk positive thingking before negative thingking. Yah lidah itu memang tak bertulang (halah pepatah klasik hahaha…) jadi karna Tuhan aku bisa berusaha memaafkan kesalahan manusia meski itu sulit banget untuk direalitakan.. Insyaallah jika niat baik maka hasilnya juga akan baik begitu juga sebaliknya hehehe…. Aku tak tahu ini proses pendewasaan diriku atau bukan tapi yg jelas semoga dengan ujian kecil ini bisa buatku lebih baik dari yang telah lalu..
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar